Pengertian Ekologi Lingkungan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari
kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup
dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi
tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya,
yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan
cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan
tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya
dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di
dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan
lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal
bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan
kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Para ahli ekologi
mempelajari hal berikut:
1. Perpindahan
energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke
dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan
populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya.
3.Terjadi hubungan
antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.
Kini para
ekolog(orang yang mempelajari ekologi)berfokus kepada Ekowilayah bumi dan riset
perubahan iklim.
Hubungan Ekologi dengan Industri
Ekologi
industrial diperkenalkan pada tahun 1989 di dalam jurnal Scientific American
oleh Robert Frosch. Frosch menyampaikan visinya, “Mengapa sistem industri tidak
berlaku seperti halnya ekosistem, di mana buangan sebuah spesies menjadi
sumberdaya spesies lainnya? Mengapa keluaran sebuah industri tidak menjadi
masukan industri lainnya, sehingga mengurangi kebutuhan bahan baku, mengurangi
polusi, dan menghemat pembuangan sampah?”
Pemikiran Frosch sebenarnya adalah lanjutan pemikiran
yang sudah ada, seperti ide pengurangan buangan dan peningkatan efisiensi yang
diajukan Buckminster Fuller dan murid-muridnya. Ide serupa yaitu kogenerasi
energi juga diajukan oleh Amory Lovins dan Rocky Mountain Institute.
Istilah ekologi industrial itu sendiri pertama kali
diperkenalkan oleh Harry Zvi Evan dalam sebuah seminar yang diselenggarakan
Komisi Ekonomi Eropa di Warsawa, Polandia pada tahun 1973, lantas juga lewat
artikel yang dimuat oleh Journal for International Labour Review. Evan
mendefinisikan ekologi industri sebagai analisa sistematis mengenai operasi
industri dengan memasukkan faktor-faktor seperti teknologi, lingkungan, sumberdaya
alam, aspek biomedis, aspek institusi, hukum, dan sosio-ekonomi.
Ekologi industrial tidak memandang sistem industri
sebagai hal yang terpisah dari biosfer, melainkan sebagai bagian dari
ekosistem. Berbeda dengan ekologi dalam konteks alam yang berdasarkan modal
alam, ekologi industri adalah berdasarkan modal infrastruktur. Seperti halnya
alam yang sejatinya tidak memiliki sampah, sistem industri seyogianya juga
meniru model ini apabila ingin senantiasa lestari dan berkelanjutan.
Seiring dengan mencuatnya tujuan penghematan energi
dan penghematan bahan baku, dan juga seiring dengan penjabaran-ulang pasar
komoditas dan konsep produksi terutama dalam konteks ekonomi jasa, ekologi
industri adalah salah satu tujuan dari Kapitalisme Natural. Strategi ini menekankan
untuk melihat dampak luas dalam produksi industri, menekankan penghargaan pada
modal alam, dan bergantung pada modal pengetahuan untuk merancang dan merawat
ekologi-ekologi industri yang terbentuk.
Konsep Eco-Industry
Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi
masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi
proses pembangunan. Agar pembangunan itu sendiri dapat berkelanjutan, maka
harus diadakan perubahan mendasar pada kualitas pembangunan tersebut. Secara
umum, industri dan setiap kegiatan industrialisasi harus dirangsang agar lebih
efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan pencemar dan limbah yang
lebih sedikit, lebih berdasar pada penggunaan sumber daya yang dapat pulih dan
meminimalkan dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Pada dasarnya ekologi industri merupakan suatu
pendekatan manajemen lingkungan dimana suatu sistem tidak dilihat secara
terpisah dengan sistem sekelilingnya tetapi merupakan bagian utuh yang saling
mendukung dalam rangka mengoptimalkan siklus material ketika suatu bahan baku
diproses menjadi produk. Ekologi industri dirancang agar suatu sistem dapat
berintegrasi antar industri menyerupai ekosistem yang ada di alam, sehingga
interaksi antar industri dalam sistem ekologi industry berlangsung secara alam.
Ekologi industri memang merupakan suatu kajian yang
masih baru yang menggunakan pendekatan sistem dalam studi-studinya untuk
mengintegrasikan antara sistem industri dan alam serta mencari cara-cara untuk
mendisain ulang sistem industri tersebut. Ekologi industri ini merupakan salah
satu konsep untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan. Ekologi industri
merupakan multi disiplin ilmu yang membahas masalah sistem industri, aktivitas
ekonomi dan hubungannya yang fundamental dengan sistem alam.
Ide ekologi industry dianologikan dengan sistem
ekologi alam, yang biasanya digerakkan oleh energi matahari, ekosistem,
termasuk di dalamnya hubungan mutualisme antar berbagai jasad renik dan
lingkungan sekitarnya dimana terjadinya pertukaran material melalui suatu
siklus besar. Idealnya sistem yang dibangun dalam ekologi industri juga
mengikuti siklus seperti itu, di mana aliran energi, material dan penggunaan
sampah hasil olahannya dapat dibentuk dalam suatu siklus tertutup, sehingga
dapat mengefisiensikan penggunaan sumberdaya alam, bahkan bisa
melengkapi/memperkaya sumber daya alam itu sendiri.
Tujuan utama ekologi industri adalah untuk memajukan
dan melaksanakan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan, baik itu secara
global, regional, atau pun pada tingkat lokal, dengan mencoba menemukan antara
kebutuhan generasi sekarang dengan generasi yang akan datang.
Dalam hal ini ada 3 prinsip kunci pembanguan yang
berkelanjutan yang menjadi tujuan ekologi industri, yaitu :
1. Penggunaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan
Ekologi industri mengembangkan prinsip untuk lebih
mengutamakan penggunaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan mengurangi
penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Aktivitas industri bergantung
pada ketersedian sumber daya alam yang kuat (steady supply of resources),
sehingga untuk itu perlu untuk mengatur pemanfaatannya secara lebih efisien
dalam proses operasi sebisa mungkin, walaupun sudah banyak penelitian yang
menemukan cara meminimalisasi penggunaan bahan baku ini. Ini tidak dapat
diasumsikan bahwa permintaan akan kebutuhan bahan-bahan baku tersebut akan
berkurang. Selain sinar matahari, supply sumberdaya alam sangat terbatas.
Sehingga menipisnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan rusaknya
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (seperti hutan) harus dapat
diminimalisasi agar aktivitas industri dapat berkelanjutan dalam jangka waktu
lebih lama.
2. Menjamin Mutu/Kualitas Hidup Masyarakat Sekitarnya
Manusia merupakan satu-satunya komponen dalam
interaksi yang ada dalam ekologi yang komplek. Aktivitas-aktivitas manusia
tidak dapat dipisahkan dari fungsi-fungsi keseluruhan sistem. Karena kualitas
hidup manusia bergantung pada kualitas komponen-komponen lain dalam ekosistem,
struktur dan fungsi ekosistem, sehingga hal ini harus menjadi fokus dalam
konsep ekologi industri. Bagaimana caranya agar aktivitas-aktivitas industri
tidak menyebabkan bencana kerusakan bagi ekosistem atau secara perlahan merusak
struktur dan fungsi ekosistem itu sendiri, yang membahayakan sistem kehidupan.
3. Memelihara Kelangsungan Hidup Ekologi Sistem Alami
(Environmental Equity)
Tantangan yang utama bagi pembangunan berkelanjutan
adalah bagaimana upaya untuk mencapai suatu keadilan bagi antargenerasi dan
antarmasyarakat (intergenerational and intersociental equity). Menghabiskan
sumberdaya alam dan merusak kualitas ekologi demi mencapai tujuan jangka pendek
dapat membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Ketidakadilan antarmasyarakat juga muncul, sebagai fakta bahwa tidak
adanya keseimbangan penggunaan sumberdaya alam antara negara maju dengan negara
berkembang, dimana terjadi ketidaksesuaian atau keseimbangan penggunaan
sumberdaya alam yang digunakan negara-negara maju dibandingkan negara-negara
berkembang. Ketidakadilan ini juga muncul di Amerika, masyarakat yang memiliki
pendapatan di bawah rata-rata lebih merasakan dampak-dampak pencemaran
lingkungan dari industri, sebab di kalangan masyarakat ini pula mereka lebih
rentan terhadap resiko-resiko kesehatan dan zat-zat berbahaya/beracun.
Konsep ekologi industri telah banyak dikembangkan di
negara-negara maju dan bahkan di negara-negara maju dan bahkan di negara-negara
berkembang seperti sistem ekologi industri Kalundborg di Denmark, Brownville di
Amerika Serikat, Guitang di Cina dan Naroda di India. Di negara maju, ekologi
industri telah digunakan sebagai salah satu instrument untuk merancang
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Sementara itu
di negara-negara berkembang, masih terdapat kendala bahwa sumber daya alam yang
melimpah masih belum dapat dioptimalkan penggunaannya.
Ekologi industri juga merupakan suatu sistem yang
digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga diperoleh
efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Sebenarnya tidak ada
satupun definisi tunggal dari ekologi industri yang berlaku umum. Namun pada
dasarnya, kebanyakan pengertian yang diberikan mengandung atribut yang serupa,
walaupun dengan menggunakan penekanan yang berbeda.
Konsep dasar ekologi industri dapat dijelaskan seperti
berikut : manufaktur menggunakan material murni, diekstrak menjadi produk
tertentu yang kemudian digunakan oleh industri lain atau langsung dikonsumsi
oleh konsumen. Produk sisa yang dihasilkan dari proses produksi ini atau sisa
konsumsi konsumen kemudian diproses ulang sehingga nantinya dapat digunakan
lagi untuk pertumbuhan material murni.
Semua tahapan yang dilalui ini terbentuk dalam suatu
sistem yang disebut dengan sistem tertutup, dimana semua sisa produksi dapat
pulih kembali. Memang di setiap proses tidak semuanya selalu efisien, akan ada
fliksi-fliksi dan hilangnya beberapa sumber daya selama proses daur hidup
tersebut. Namun demikian, sebenarnya tujuan utama ekologi industri tidak lain
adalah mengurangi penggunaan material murni, khususnya bahan baku dan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Konsep ekologi industri ini dapat diterapkan untuk
mengembangkan terciptanya sumber energi baru yang berasal dari limbah proses
industry sebelumnya. Dengan menerapkan konsep ekologi industri beberapa
industry dapat melakukan sistem pertukaran limbah yang dapat digunakan oleh
perusahaan lainnya dalam suatu kawasan. Limbah dari suatu kegiatan industri
bisa jadi merupakan limbah yang dapat dimanfaatkan untuk sumber energi bagi
industri yang lain
Di Indonesia belum banyak dikembangkan sumber energi
baru yang berasal dari limbah atau buangan industri lain dalam suatu kerangka
ekologi industri. Energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh
teknologi baru baik yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tak
terbarukan antara lain hidrogen, coal bed methane, batubara yang dicairkan
(liquefied coal), gasifikasi batubara (gasified coal) dan nuklir; sedangkan energy
terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energy yang
secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan
baik, antara lain panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel), arus sungai, energi
surya, energi angin, biomasa, dan energi laut.
Konsep ekologi industri dapat berhubungan dan
diimplikasikan dalam sistem industri. Ada dua hal yang mendasari konsep ekologi
industri, yaitu metabolisme industri dan ekosistem industri. Metabolisme
industry merupakan suatu cara bagaimana industri tersebut menangani aliran
material dan aliran energinya secara keseluruhan melalui suatu system industri,
kepada konsumen dan pada tempat pembuangan akhirnya.
Ada tiga konsep metabolisme alami yang dibawakan dalam
konsep ekologi industri. Pertama, metabolisme industri merupakan integrasi
menyeluruh dari sekumpulan proses fisik yang mengubah bahan baku dan energi
menjadi produk akhir dan limbah dalam keadaan steady state. Kedua, metabolisme
industri dapat diuji sebagai sebuah unit operasi secaara individu dalam sebuah
proses produksi secara industri, pada level pabrik maupun global. Ketiga,
ekologi industri dianggap sebagai suatu hal yang dianalogikan antara
metabolisme biologi dengan metabolisme industri adalah konsep daur hidup.
Terdapat lima komponen utama dalam ekosistem industri
yaitu produsen bahan baku utama, sumber energi, prosesor material dan
manufaktur, sektor pengolahan limbah dan kemudian yang terakhir sector
konsumen. Pada suatu sistem yang ideal, aliran material antara kelima komponen
tersebut sangat tinggi. Masing-masing sistem material berkembang dengan
sendirinya sehingga memaksimalkan efisiensi system dengan memanfaatkan material
dan energi.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi
industri ada empat elemen utama yaitu : (1) mengoptimasi penggunaan sumber daya
yang ada; (2) membuat siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi; (3)
proses dematerialisasi; dan (4) pengurangan dan penghilangan ketergantungan
pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Persoalan utama negara berkembang seperti Indonesia
adalah sumber daya alam yang melimpah namun masih belum dioptimalkan
penggunaannya. Kawasan industri masih berupa suatu kawasan yang belum terpadu
secara sistematis dan hanya berupa kumpulan industri yang berdiri sendiri.
Konsep ekologi industri di Indonesia masih dapat terus
dikembangkan sehingga pada akhirnya diperoleh suatu pembangunan industri yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Indonesia adalah negara agraris
sehingga penataan kawasan ekologi industri dapat dimulai dari pendirian kawasan
industri terpadu di dekat kawasan pertanian masyarakat atau lebih dikenal
dengan kawasan agroindustri.
Beberapa contoh industri yang dapat diintegrasikan di
Indonesia, antara lain perkebunan tebu, industri gula, industri bioetanol,
industri pulp dan kertas, industri pupuk, industri semen, serta industri logam
alkali.
Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses
produksi, mengharuskan suatu industri menambah investasi untuk memasang unit
tambahan untuk mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan.
Pengendalian pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan limbah menjadi mahal
dan tidak menyelesaikan permasalahan ketika jumlah industri semakin banyak,
daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya alam semakin menipis.
Oleh karena itu, perlu adanya sistem baru yang dapat
meningkatkan produk suatu industri, penghematan bahan baku sekaligus
meminimalkan pencemaran lingkungan, sistem tersebut kita kenal dengan ekologi
industri.
Pada ekologi industri ini tidak hanya membahas tentang
masalah polusi dan lingkungan tetapi juga mempertimbangkan kesinambungan
industri serta aspek ekonomi tetap diutamakan. Dengan ekologi industri akan
tercipta suatu sistem yang terpadu di antara industri-industri yang ada didalamnya
dan saling bersimbiosis secara mutualisme.
Azas Pengetahuan
Lingkungan
Asas di dalam suatu ilmu yang
sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk
mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk
menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya
terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya
baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas
disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
ASAS 1 (HUKUM THERMODINAMIKA
I)
Semua energi yang memasuki
sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi
yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Asas ini adalah sebenarnya
serupa dengan hokum Thermodinamika I, yang sangat fundamental dalam
fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan
matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam
bentuk makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak,
menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.
ASAS 2
Tak ada system pengubahan
energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum
Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah hilang dari alam raya,
tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Asas ini sama dengan
hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi
itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam
bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini
terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke
angkasa.
Dalam sistem biologi, energi
yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem kurang
efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan oleh
organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen
yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya
konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap
tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan
oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori sumber
alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur manfaatnya dan apa
batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala
sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau ekosistem yang
pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan
meningkatkan daya pengubahan energi.
ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu,
dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system
biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi
dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi
dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Contoh:
Ruang yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan
organisme dg kepadatan tinggi.
Ruang yang terlalu luas: jarak antar individu
dalam populasi semakin jauh, kesempatan bertemu antara jantan dan betina
semakin kecil sehingga pembiakan akan terganggu.
Jauh dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh
terhadap perkembangan populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak
merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal hewan mamalia dipadang pasir,
pada musim kering tiba persediaan air habis di lingkungannya, maka harus
berpindah kelokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya hewan
bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak
lokasi sumber air.
Keaneka-ragaman juga merupakan sumberdaya alam.
Semakin beragam jenis makanan suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila
menghadapi perubahan lingkungan yang dapat memusnahkan sumber makanannya.
Materi dan energi sudah jelas
termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang dimanfaatkan oleh organisme hidup
untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan dengan materi dan energi,
karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu
pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk
kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori
sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan
mudah terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu
“survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi
kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya
ASAS 4
Untuk semua kategori sumber
daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh unit
kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu sampai ke suatu
tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan
lagi.
Untuk semua kategori
sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang
melampui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan
peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumberalam
yang sudah mendekati batas maksimum.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan
sumberalam mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun
batas minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem
biologi.
Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang
sudah stabil, populasi hewan atau tumbuhannya cenderung naik-turun (bukan naik
terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan
perjuangan hidup, bila persediaan sumberalam berkurang. Tetapi
sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumberalam bertambah.
Untuk semua kategori
sumberdaya alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang
melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan
peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan
penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati
batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti
bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum, yang berarti bahwa batas
maksimum maupun minimum sumber alam akan mengurangi daya kegiatan sistem
biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu karena adanya
ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya
jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah
tertentu.
ASAS 5
Pada asas 5 ini ada dua
hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan
rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang
dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber
makanan. Kemudian didapatkan suatu jenis tanaman yang melimpah di alam, maka
hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan
tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam (makanan) merangsang kenaikan
pendayagunaan.
ASAS 6
Individu dan spesies
yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung
berhasil mengalahkan saingannya.
Pengertian:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan
Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat keturunan Dalam hal
tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul
kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang
kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula
bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan
daripada yang non-adaptif.
Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi
spesies-spesies yang mampu beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun
abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak dapat menyesuaikan diri. Dapat
diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu menghasilkan keturunan lebih
banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu yang adaptif ini
mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 7
Kemantapan keanekaragaman
suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian :
“Mudah diramal” : : adanya
keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu periode yang
relative lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di
semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu
habitat ke habitat lain.
Dengan mengetahui keadaan
optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka
perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan. Pada
asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada
pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi
turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan
sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan
pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda
kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan
terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas
yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil
secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak,
dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara
evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni
oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa
komunitas fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini
dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian
diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan
yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan
dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang
muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou
(1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja
melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan
keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi
ASAS 8
Sebuah habitat dapat jenuh
atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana niche dalam
lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu
dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche),
tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan
spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan
fungsi yang berbeda di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa
setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat
berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai
kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok
taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran
terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9
Keanekaragaman komunitas
sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Pengertian:
Asas ini mengandung arti,
bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem biologi akan meningkat
dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu
komunitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya
hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem
biologi.
ASAS 10
Pada lingkungan yang stabil
perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu
naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani
evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam
lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat
disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil,
yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang
masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat
meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem
biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila
asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di
alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan
berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa
sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan memperlakukan fluktuasi
iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan jalan
mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11
Sistem yang sudah mantap
(dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau
tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan
keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke
arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah
keanekara-gamannya subsistem yang tinggi keanekaragamannya).
Arti dari asas ini
adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum
dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari
subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi
keanekaragamannya
ASAS 12
Kesempurnaan adaptasi suatu
sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu
lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang
belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia
dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap. Populasi dalam
lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi
untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan
dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman
terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu
dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap
lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak
terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari
perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi
pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung
memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan
yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas
itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa
sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua
tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada
ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan
fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah
mantap.
ASAS 13
Lingkungan yang secara fisik
mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi dalam
ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi
lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran
dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang
masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan
pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan
demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan
lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan
faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap
dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini
ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan
energi.
ASAS 14
Derajat pola keteraturan
naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi
sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan
dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan
dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi
yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah jalur energi yang masuk melalui
ekosistem meningkat (banyak)
• Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
• Sistem control umpan balik (feedback) komunitas
sangat kompleks
• Efisiensi penggunaan energi
• Tingkat keanekaragaman tinggi
Kesimpulan
Menurut saya setelah memahami apa itu ekologi,
hubungannya dengan industri, dan azas lingkungan. Saya dapat menarik kesimpulan
bahwa sangat penting mengetahui hubungan antara mahluk hidup dengan
lingkungannya dan saya juga dengan ekologi industri kita dapat untuk memajukan dan
melaksanakan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan, baik itu secara global,
regional, atau pun pada tingkat lokal, dengan mencoba menemukan antara
kebutuhan generasi sekarang dengan generasi yang akan datang. Serta azas
memiliki fungsi: Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan
yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu
lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan
kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan
organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan
didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan
logikanya).
Sumber: